Kartu Bisnis

Kartu Bisnis
Member ID : GLN0000982
peluang usaha

Jumat, 28 November 2014

Wiro Sableng #101 : Gerhana Di Gajahmungkur

Wiro Sableng #101 : Gerhana Di Gajahmungkur Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1 

WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Episode : TUA GILA DARI ANDALAS

Satu

BERLARI cukup lama Wiro belum juga mencapai tepi barat Telaga Gajahmungkur. Di satu tempat dia berhenti dan mendongak ke atas. Langit gelap gulita. Memandang berkeliling hanya kepekatan dan pohon-pohon serta semak belukar menghitam dilihatnya.
Tiba-tiba murid Sinto Gendeng merasa sambaran angin di samping kirinya disertai berkelebatnya satu bayangan. Namun dia tidak melihat apa-apa.

"Ratu Duyung.... Kaukah itu?" ujar Wiro karena menyangka gadis bermata biru itu menyusulnya. Tak ada jawaban. "Orang bercadar.... Kau ada di sekitar sini?!" ujar Wiro kembali menduga sambil memandang berkeliling. Tetap tak ada jawaban. Mendadak satu tawa mengekeh merobek kesunyian di tempat itu. Membuat Pendekar 212 tersentak kaget dan cepat berpaling ke kiri. "Astaga! Makhluk apa yang ada di bawah pohon besar itu.

"Pendekar 212, lihat baik-baik! Apa kau masih mengenali diriku?!"

Wiro buka matanya lebar-lebar. Sejarak sepuluh langkah di hadapannya, di bawah bayang-bayang gelap sebuah pohon besar berdiri satu sosok yang tubuh dan pakaiannya menebar bau busuk. Bukan bau busuk ini yang menyebabkan Wiro merasa tercekat, namun cara orang itu berdiri yang membuatnya melengak ngeri.

"Makhluk aneh. Berujud seorang kakek. Berdiri ....


... baca selengkapnya di Wiro Sableng #101 : Gerhana Di Gajahmungkur Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Selasa, 25 November 2014

Jadilah Kecil

Jadilah Kecil Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1


Suatu sore saya makan di sebuah rumah makan di sebuah jalan besar. Ketika hendak menyendok nasi, saya terkejut karena ada sebuah paku bengkok berkarat. Saya tentu saja menyampaikan hal itu kepada pemiliknya. Pemiliknya hanya diam saja dan membuang paku itu serta mengganti nasi saya. Hanya itu. Sejak saat itu saya tidak pernah makan di tempat itu lagi.

Kisah sejati di atas mengingatkan saya akan humor. Suatu kali ada seorang ibu yang makan di restoran. Dia begitu terkejut ketika di mangkuk supnya ada sebuah sekrup. ?Pak, di sup saya ada sebuah sekrup!? protesnya.

Dengan kalem penjualnya berkata, ?Bu, harga sup itu hanya sepuluh ribu rupiah. Jangan harapkan Ibu mendapatkan traktor di dalamnya!?

Sikap dan tindakan pemilik rumah makan yang menyepelekan masalah ?kecil? di atas bukan tindakan terpuji. Jika kita membiarkan dosa ?kecil-kecil? di dalam hidup kita, maka kita akan celaka.
Hal-hal kecil apa yang berbahaya?

Rubah: ?Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!? (Kidung Agung 2:15).

Tanduk: ?Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu, tampak tumbuh di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga .....

... baca selengkapnya di Jadilah Kecil Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Selasa, 18 November 2014

Kutukan Purnama

Kutukan Purnama - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1




Dahulu kala, disaat bumi masih dikuasai oleh kedua orang raja yaitu; raja utara dan raja selatan, hiduplah seorang pria yang dikutuk oleh ayah handanya, raja selatan. Lantaran dia mencuri pusaka kerajaan yang kemudian di serahkan kepada pamannya, raja utara.

Raja utara dan raja selatan adalah suadara kandung, dia di lahirkan oleh raja dunia, setelah ayahnya meninggal, kedua anaknya tersebut akhirnya mengadakan perang besar yang terjadi selama 90 tahun, dan yang menang akan menjadi raja di bumi ini, dan pusaka akan menjadi miliknya.

Mahesa adalah putra dari raja selatan, saat itu usianya masih berumur 17 tahun, namun di masa mudanya dia harus menjalani siksa ayahnya, dia dikutuk menjadi seekor ular kecil, lantaran dia mencuri pusaka ayahnya yang di berikan kepada ayahnya, dia sengaja mencuri pusaka itu lantaran di hasut oleh pamannya, raja selatan.

Dan kutukan itu akan hilang apabila dia bertapa selama 99 purnama, ahirnya mahesa pun bertapa di sebuh pulau yang sangat kecil dan hanaya di tumbuhi satu pohon besar.

Purnama Satu

Setelah sekian lama mahesa bertapa di bawah pohon besar itu, akhirnya dia .....

... baca selengkapnya di Kutukan Purnama - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Jumat, 14 November 2014

Creative Destruction



Creative Destruction

William R. Patterson, penulis bestseller berjudul The Baron Son, mengatakan, “Knowledge opens the door to many opportunities – pengetahuan membuka pintu ke berbagai kesempatan.” Saya jadi bertanya-tanya, adakah penanda utama abad ini yang perlu kita ketahui agar kita bisa menghadapinya dengan sebaik-baiknya?

Memikirkan hal ini saya ingat buku suntingan Rowan Gibson. Judulnya Rethinking The Future. Buku itu terbit setahun sebelum tutup abad yang lalu, jadi sudah berumur satu dasawarsa, tetapi banyak hal yang masih amat relevan.

Dalam buku itu disajikan beberapa tema yang amat inspiratif bagi kita sebagai individu, maupun sebagai representasi dari suatu lembaga, entah bisnis, kemasyarakatan, maupun pemerintahan. Di situ ada tokoh seperti Charles Handy dan Stephen Covey yang memikirkan kembali mengenai prinsip-prinsip dasar kita. Ada pula Michael Porter, CK Prahalad, Gary Hamel yang memikirkan ulang mengenai kompetisi. Ada Michael Hammer, Eli Goldblatt dan Peter Senge yang memikirkan kembali mengenai kemampuan kontrol kita di tengah kompleksitas. Ada mahaguru kepemimpinan Warren Bennis dan John Kotter yang berpikir ulang mengenai kepemimpinan. Selanjutnya ada Al Ries, Jack Trout, dan Philip Kotler yang memikirkan ulang mengenai pasar. Dan tak ketinggalan pentolan futurolog John Naisbitt, Lester Thurow, serta Kevin Kelly yang bicara mengenai tren dunia modern.

Para pemikir terkenal di dunia itu menggambarkan dunia kita di abad ke-21 ini dengan kata kunci diskontinuitas. Karena pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi, perkembangan dunia kita ini tidak linear-kontinu, tetapi diskontinu, patah-patah.

Untuk mengambil hikmah dari karya itu, saya telah merefleksikan fakta-fakta itu dalam buku saya, BO WERO, Tips mBeling untuk Menyiasati Hidup. Tapi, untuk lebih mencermati kenyataan itu, saya mencari-cari dan akhirnya mendapat pintu masuk untuk lebih memahaminya. Ternyata, selain perkembangan teknologi informasi, ada kekuatan dahsyat yang disebut creative destruction.

Istilah ini diciptakan oleh ekonom dan ilmuwan politik kawakan Joseph Schumpeter (1883 – 1950). Dia terpicu memikirkan hal itu saat menyaksikan proses yang sudah mulai ada di jamannya, tetapi semakin menjadi-jadi di era kita ini. Intinya, inovasi terjadi sedemikian rupa, sehingga hal-hal menjadi cepat kedaluwarsa, atau malah sengaja dibikin menjadi cepat kedaluwarsa, dan digantikan dengan yang baru, dengan konsekuensi yang merambah ke mana-mana.

Sekadar untuk menyebut, di tahun 1987-an orang tampil bangga dengan pager menempel di pinggangnya. Ke mana teknologi itu kini berada?

Generasi saya terpaksa menunggu berhari-hari kalau bukannya berminggu untuk mendapatkan balasan setelah menulis surat cinta. Dan setelah tiba, surat yang sama itu kami baca berkali-kali di waktu sela antara kirim dan menerima balasan surat berikutnya. Siapa kini yang masih tertarik untuk mengirim surat seperti itu, atau kartu pos dari luar negeri, kecuali para pecinta filateli? Pengalaman generasi saya seperti itu tentu tak dimiliki oleh remaja masa kini, yang bisa mengekspresikan perasaan mereka dengan sms, dan dalam hitungan detik atau menit sudah mendapat balasan. Bahkan bisa langsung saling berbicara dengan hp di genggaman mereka.

Kurang dari satu dasawarsa setelah Thomas Alfa Edison menemukan lampu pijar, George Eastman (12 Juli 1854 – 14 Maret 1932) mematenkan kamera Kodak pada 4 September 1888. Setelah itu Kodak malang melintang di industri perekaman gambar dan merevolusi gambar bergerak berbasis film gulung. Sebelum nasibnya digulung, selama sekian dasawarsa perusahaan ini menguasai 60% pangsa pasar dunia. Iklan Kodak menggambarkan anak-anak yang tersenyum riang, tetapi tak seorang eksekutifnya bisa tersenyum ketika datang era kamera digital yang memporakporandakan dasar-dasar keberadaannya. Creative destruction berakibat fatal bagi perusahaan ini. Sekitar dua dasawarsa yang lalu, perusahaan ini memiliki 150.000 karyawan. Gara-gara terjangan kamera digital itu, 80% karyawannya dirumahkan, dan kini jumlahnya tinggal 30.000. Seorang wartawan bisnis mengomentari Kodak, “Mereka punya kecerdasan untuk mengubah sebuah industri, tapi kepercayaan diri mereka yang berlebihan menyebabkan mereka merasa yakin bahwa evolusi berhenti dengan inovasi mereka.”

Sesungguhnya, kritik semestinya tidak perlu senyinyir itu. Kenyataannya, Kodak jugalah yang menemukan kamera digital. Hanya saja, ketika mulai mengintrodusir produk itu, para fotografer memrotes produk baru itu sebagai kurang memuaskan. Padahal, mungkin bukan karena kelemahan produk baru itu perkaranya, tapi kebiasaan para fotografer profesional dengan alat lama dan tak mau berubah dengan yang baru. Dengan kamera digital itu ternyata produk bisa dibuat jauh lebih masal, dan nonprofesional pun mudah mengoperasikananya.

Dari sini saya belajar bahwa ternyata mendengarkan dan mengikuti pendapat para profesional kadang justru menyebabkan kita terpental! Kebenaran pandangan mereka harus kita tempatkan dalam konteks. Kalau konteksnya berubah, kita harus berani mengatakan bahwa pandangan mereka tinggal pantas dilempar ke kotak sampah.

Berikutnya, industri yang telah menghadapi moment of truthnya adalah media cetak. Di Industri ini, dua kekuatan menjadi penyebabnya. Yang pertama kesadaran akan lingkungan yang melihat bahwa produk berbasis kertas amat menguras sumberdaya alam. Yang kedua adalah perkembangan teknologi informasi. Seattle Post Intelligencer yang sudah berumur 146 tahun harus mengakhiri edisi cetaknya pada tanggal 17 Maret 2009. Setahun sebelumnya Christian Science Monitor yang sudah berumur 100 tahun menutup edisi cetaknya dan hanya terbit secara online. Dan buku cetak tinggal menunggu detik-detik terakhirnya. Memang, selagi informasi masih dibutuhkan, informasi itu pasti masih akan menemukan wahananya. Buku dan koran mungkin tidak akan hilang, hanya going digital.

Di industri otomotif, creative destruction tak kalah maraknya. Begitu produsen meluncurkan mobil baru, di balik layar tim riset dan pengembangannya sudah mengembangkan produk-produk baru yang siap merangsek pasar.

Di dunia fashion, creative destruction barangkali tak harus distimulasi oleh perkembangan teknologi. Di negara empat musim, creative destruction dilakukan karena dorongan pertumbuhan bisnis dan instink manusia untuk tampil bergengsi. Mode ditentukan berdasarkan musim. Ganti musim, ganti fashion tend, dan orang yang tak mengikuti langsung merasa malu. Orang akan ikut karena gengsi, atau agar tidak disebut ketinggalan jaman. Psikologi sosial dimanfaatkan sebaik mungkin oleh orang-orang periklanan untuk menciptakan “manusia ombyokan”, yaitu manusia-manusia yang mendasarkan rasa berharga mereka dengan identifikasi diri terhadap gerombolan. Sasarannya jelas: semakin besar gerombolan manusia yang preferensi atau pola-pola pilihannya bisa diprediksi akan menyajikan pangsa pasar yang besar.

Dalam dunia yang ditandai dengan diskontinuitas ini, hal-hal tidak sekadar “dikembangkan menjadi lebih baik”, tetapi “diganti oleh yang lebih baik”. Selain contoh di atas, perhatikanlah bank. Transaksi dengan tatap muka menjadi kedaluwarsa karena perkawinan sistem perbankan dan teknologi informasi.

Dalam konteks seperti itu diperlukan cara pikir baru, cara pandang baru, cara bertindak dan menangani hal-hal secara baru, dengan segala aturan mainnya tidak sekadar dikembangkan menjadi lebih baik, tetapi diganti dengan yang baru.

Karena itu, salah satu kunci sukses dalam konteks seperti itu adalah bukan sekadar “menjadi lebih baik”, tetapi “menjadi lain.” Menjadi lebih baik tidak cukup, karena perbaikannya masih terjadi dalam paradigma lama; sedangkan menjadi lain berarti memakai paradigma baru dan menyesuaikan cara bertindak dengan tuntutan baru itu.

Dalam konteks seperti itu, sejarah keberhasilan dengan segala praktek yang mendasari keberhasilan itu tidak dengan sendirinya merupakan jaminan bagi keberhasilan di hari esok. Kiat sukses kemarin tidak dengan sendirinya menjamin sukses ke depan. Keberadaan kita yang kokoh sekarang, tidak bisa begitu saja dapat kita andalkan bagi eksistensi kita besok.

Kalau kenyataan memang demikian, ada konsekuensi luar biasa bagi pembelajaran kita. Inilah konsekuensi itu: sejalan dengan berlalunya waktu, kita mengumpulkan pengetahuan dan kebijaksanaan. Tragisnya, pengetahuan dan kebijaksanaan yang terkumpul itu, yang kemarin amat membantu kesuksesan kita, justru bisa menjadi racun yang mematikan bagi keberadaan kita sekarang. Dengan kata lain, bersikukuh dengan pengetahuan masa lalu justru merupakan cara cepat untuk hancur. Bersikukuh dengan cara bertindak masa lalu adalah proses yang pasti untuk menceburkan diri ke jurang kebangkrutan.

Kalau dunia memang ditandai oleh diskontinuitas, itu berarti kita selalu menghadapi situasi revolusioner, yang jangka waktu setiap tema revolusinya bisa amat pendek, dan terus semakin pendek. Dengan pikiran seperti ini, kita tak akan heran kalau blackberry yang lagi mewabah akhir-akhir ini akan segera disusul oleh sesuatu yang lain lagi.

Kalau memang itu penanda utama zaman kita, konsekuensinya jelas. Secara individual maupun institusional, keberadaan kita akan amat tergantung pada dua hal: pertama, kemampuan adaptasi pada situasi revolusioner seperti itu, dan kedua, kemampuan menangkap dan memanfaatkan berbagai peluang yang tercipta dari revolusi tersebut. Dan itu sudah terbukti. Setiap tahun kita melihat banyak perusahaan yang terdepak dari Fortune 500 dan diganti oleh pemain baru. Perhatikan saja majalah-majalah bisnis ternama yang melaporkan daftar sekian orang terkaya di dunia yang terlempar dari daftar dan digantikan oleh orang-orang baru.

Karena itu, kita perlu terus-menerus memberdaya diri, agar peka melihat gejala-gejala perubahan dan siap menangkap peluang yang tercipta olehnya. Kita perlu terus menerus memperkaya diri dengan wawasan baru agar tidak cepat menjadi orang yang kedaluwarsa. Kita perlu mencari cara-cara baru agar masih tetap berkontribusi dan bukannya menjadi beban bagi umat manusia.

Itulah urusan learning, unlearning, dan relearning. Itulah urusan pembelajaran, sekaligus melepaskan diri dari kungkungan pengetahuan kita, untuk lebih peka terhadap penyingkapan hal-hal yang belum diketahui.

Proses itu pasti akan terfasilitasi kalau kita membiasakan diri berada dalam pertukaran ide. Salah satu sarananya yang paling kuat untuk itu adalah dengan membaca buku bermutu yang memungkinkan kita semua memperluas wawasan, membangun visi dan menyegarkan diri agar selalu up-dated dengan perkembangan zaman.

*) Wandi S Brata; Direktur Eksekutif PT Gramedia Pustaka Utama; wandi@gramediapublishers.com


... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1


Jumat, 07 November 2014

MENGAPA LIBURAN PERLU



MENGAPA LIBURAN PERLU
16 November 2007 – 11:06   (Diposting oleh: Editor)

Beristirahat sejenak menjadikan kita mampu menempuh perjalanan lebih jauh.

Sebuah penelitian tentang perilaku manusia menyatakan bahwa rata-rata manusia menghabiskan waktu 25 tahun untuk tidur. Sedangkan 8 tahun lainnya untuk menyelesaikan pendidikan formal, 6 tahun untuk istirahat atau sakit, 7 tahun untuk liburan dan rekreasi. Sementara, 5 tahun waktu manusia habis untuk berkomunikasi, 4 tahun untuk makan, dan 3 tahun untuk melakukan persiapan semua aktivitas tersebut.

Tetapi pada perkembangan selanjutnya, manusia modern saat ini cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Kecenderungan tersebut terjadi dikarenakan desakan era yang serba cepat dan persaingan yang ketat. Persepsi manusia terpola bahwa kehidupan akan lebih berarti jika setiap detik waktu dimanfaatkan hanya untuk bekerja. Tak ada jeda waktu istirahat dianggap lebih efektif, karena jeda waktu istirahat apalagi berlibur dianggap sebagai pemborosan, membosankan, merugikan, dan persepsi negatif lainnya.

Bagi saya, era yang menuntut kita bergerak serba cepat bukan berarti kita tak membutuhkan jeda waktu untuk istirahat. Manusia memerlukan waktu istirahat untuk mengumpulkan energi supaya dapat menjalankan tugas berikutnya dengan lebih baik. Pada kenyataannya memang saya rasakan bahwa waktu liburan membuat saya lebih segar sehingga bersemangat bekerja dan lebih produktif.

Contohnya liburan pada hari Lebaran tahun ini sengaja saya habiskan bersama keluarga. Kurang lebih 10 hari, saya juga melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan para ibu rumah tangga, di antaranya membersihkan rumah, mencuci piring, membantu istri memasak, dan lain sebagainya. Sementara anak-anak saya memasak makanan favorit mereka. Ternyata mereka juga gemar membuat makanan dan es krim. Saya merasakan suasana dalam keluarga semakin mesra dan hangat.

Selama liburan kami benar-benar menikmati situasi yang berbeda. Kami sekeluarga melakukan berbagai aktivitas di luar rutinitas sehari-hari. Saya setiap pagi berolahraga, bermain bersama anak-anak, mengajak anak-anak bermain air di Waterbom Jakarta, nonton film, makan dan minum kopi di Starbucks. Liburan membuat kami memiliki kesempatan lebih banyak untuk beristirahat dan menyegarkan pikiran

Selama liburan saya juga mempunyai banyak waktu untuk menikmati film-film kesukaan. Banyak sekali manfaat yang saya dapatkan dari aktivitas tersebut, selain menghilangkan penat, saya pun memetik pelajaran hidup, motivasi, ide, ataupun inspirasi. Ternyata banyak nilai-nilai kehidupan yang penting, dan liburan membuat saya memiliki cukup waktu untuk introspeksi diri, belajar, memikirkan dan berusaha lebih baik di masa berikutnya.

Sementara itu, liburan membuat saya memiliki waktu untuk bersantai. Di saat seperti itu tiba-tiba saya kembali mengingat kenangan, kerabat dan teman yang telah lama terlupakan lantaran terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas. Saat itulah saya mencoba menjalin kembali kominikasi. Alhasil terjalin lagi persahabatan dan terajut lagi kebahagiaan seperti yang telah kami lalui dulu.

Bagi saya, jeda waktu untuk beristirahat merupakan kesempatan yang luar biasa dalam proses perjalanan kehidupan ini. Saya menganggapnya penting, karena nilai sebuah kehidupan bukanlah sekadar mengejar materi melainkan pentingnya berhenti sejenak untuk menikmati keindahan, introspeksi, dan bersyukur. Sehingga pada tahap selanjutnya, semangat, efektivitas dan produktitas kerja kita meningkat.

Ternyata liburan juga memiliki banyak sekali manfaat unik yang tak hanya kami rasakan. Sudah banyak orang yang melakukan penelitian tentang manfaat liburan dan menyatakan manfaat liburan bagi kesehatan dan keuntungan-keuntungan lain yang bisa kita dapatkan. Salah satunya adalah Linda Hoopes dan John Lounsbury, peneliti Departemen Psikologi Universitas Tennessee, yang menyatakan bahwa kepuasan hidup akan meningkat setelah liburan.

Itulah mengapa liburan selalu menjadi saat yang ditunggu, bahkan banyak orang sengaja menjadwal liburan dalam periode waktu tertentu. Jika Anda merasa penat tidak bersemangat dan kurang produktif, segeralah merencanakan sebuah liburan. Semoga Anda mendapatkan semua manfaat liburan.

... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1


Entri Populer